Minggu, 21 September 2014

on Leave a Comment

Mahasiswa Belajar Tidak Memaksimalkan Waktu

Mahasiswa Belajar Tidak Memaksimalkan Waktu

Tugas mahasiswa kuliah adalah karena mahasiswa ingin belajar sesuatu bukan karena ingin jalan-jalan atau menikmati pemandangan kampus. Mahasiswa perlu belajar mengenai ilmu-ilmu yang direkomendasikan kampus atau pilihan sendiri. Bila mahasiswa belajar maka perlu menyediakan waktu belajar.

Hal yang menjadi halangan terbesar belajar adalah mahasiswa terhalang waktu. Waktu banyak digunakan ini dan itu sehingga kadang bahkan sering waktu untuk belajar tersingkirkan.

Proses belajar mahasiswa bukan hanya membaca. Bila ilmu yang dipelajari perlu dialanisis, ya lakukanlah analisis melalu tulisan. Bila ilmu yang dipelajari adalah perlu dilakukan praktek, ya lakukanlah praktek. Sehingga waktu belajar benar-benar sebagian besar untuk belajar menguasai ilmu.

Perbuatan yang salah adalah mahasiswa belajar hanya untuk persiapan menghadapi ujian. Biasanya hanya melakukan membaca. Walau mahasiswa itu belajarnya bukan sistem kebut semalam namun materi yang dipelajari hanya sekedar untuk persiapan ujian. Pada akhirnya adalah sebagian besar waktu tidak lagi memfokuskan untuk belajar.

Padahal proses belajar tidak hanya mengandalkan membaca. Mahasiswa belajar perlu juga melakukan analisis lewat tulisan. Mahasiswa juga melakukan diskusi. Mahasiswa juga melakukan pengimajinasian mengenai ilmu. Belum lagi mahasiswa mengamalkan ilmu yang perli diamalkan dan mengajarkan. Hal ini akan membutuhkan banyak waktu.


Namun kenyataannya banyak mahasiswa yang sibuk dengan urusan yang lain dan mengesampingkan pemanfaatan waktu untuk belajar. Karena sudah terbiasa fokus pada hal yang bukan kegiatan belajar sehingga ada saja gangguan waktu saat mahasiswa belajar.




Last edited by Elbuyz10; 10-11-13 at 06:45 AM.
on Leave a Comment

Membaca Pikiran Orang Lain

Baigamana Bisa ? KITA
Membaca Pikiran Orang Lain

Banyak anggapan bahwa membaca pikiran adalah pekerjaan seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Namun, percaya atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari, anda semua adalah seorang pembaca pikiran. Sebab, tanpa kemampuan untuk mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua tak akan mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya.
Jika kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan orang lain—mindblindness, dapat dilihat pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan tersebut menjadi suatu kondisi yang mengganggu.

Kemampuan membaca pikiran ini, yang oleh William Ickes—profesor psikologi di University of Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.

Darimana asalnya?
Kemampuan (terbatas) kita untuk membaca pikiran menurut Ross Buck–profesor Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang. Dikatakannya bahwa, melalui jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran lantas menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui kapan harus menyetujui sebuah knmitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan tetangga.

Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya. Nancy Eisenberg, profesor psikologi di Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, menuturkan bahwa bayi berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki “teori pikiran.” Bayi tersebut mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang berbeda dengan yang mereka miliki.
Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini. Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.

Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di saat yang sama—dan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang bersangkutan itu—seringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh berkembang.

Bagaimana Membaca Pikiran?
Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.

Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan—kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.

Menjadi Pembaca Pikiran Ulung
Lalu, bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik? Tim dari Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran.

Kenalilah orang lain. “Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat, setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam konteks yang lebih luas.

Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, “Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?”
Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodan—profesor neurologi di University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck, “semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”
Santai. Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.

Tinjauan Kritis

Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.

Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit diterima nalar.



By. Muhammad Yosief Fu'adi, Guru di Lumajang- Jawa Timur
on Leave a Comment

JADWAL MINGGU IV SEPTEMBER 2014


JADWAL MINGGU IV SEPTEMBER 2014



Senin    :
  • L27 : Konsep budaya dan dasar humaniora  09.00 -10.50
  • Praktik : Searching journal articels strategies 11.00 - 13.50
  • Praktik : Speaking 14.00-16.00

Selasa   :
  • Praktik : Listening  08.00 - 08.50
  • SGD : Memaksimalkan Metode Belajar 10.00 - 11.50
  • L28 : Hakikat manusia, manusia dan kebudayaan (BS) 13.00 - 14.50

Rabu     :
  • Ujian Mingguan 3 : "English" 08.00 - 08.50
  • Praktik : Reading 10.00 - 11.50
  • L29 : Faktor munculnya budaya , kultur kebudayaan , asimilasi dan akulturasi ( BS) 13- 14.50

Kamis   :
  • Praktik : Writing 08.00 - 09.50
  • Praktik : Presentasi 10.00 - 10.50
  • SGD : Budaya 13.00 - 14.50

Jum'at   :
  • Photovoice group discussion (RHP) 08.00 - 09.50
  • Tutorial : Konsultasi pengerjaan KTI 10.00 - 10.50
  • Responsi
  • L30 : Budaya di Indonesia (BS) 


Selamat Belajar , Semoga bisa  Membantu teman-teman untuk mengatasi permasalah dalam dunia pendidikan di Nursing - UNSOED 2014 sekarang Ini

Saya wildan yanuar berusaha membantu teman-teman, yang penting jangan lupa berdoa yah....







Wildan Yanuar Tri Wibowo. Diberdayakan oleh Blogger.